Minggu, 27 September 2009

Angin

Tak dapat di lihat
Tak ada rupa
Tetapi dapat di rasakan
Angin ...
Persis seperti angin ...
Angin bertipu tak tentu arah
Kadang ke kenan, kadang ke kiri, bahkan bisa ke etas, maupun ke bawah
Dapatkah kita mengatur arah angin?
Dapatkah kita mengatur arah angin seperti yang kita inginkan?
Jawabannya ... Tidak ...
Semua benda, hidup atau mati dapat merasakan dan mengikuti arah angin
Angim dapat menyejukan, juga dapat pula membuat bencana. Tergantung seberepa besar angin itu berhembus.
Kita tak bisa mambawa angin, tetapi angin dapat membawa kita.
Aku duduk di bawah pohon besar rindang di tengah padang rumput hijau yang luas dan sepi.
Hanya aku seorang.
Merasakan hembusan angin lembut menyejukan pikiranku hingga ku tertidur.
Semakin terlelap.
Hingga aku merasakan ada sesuatu yang berubah. Angin terasa lebih kencang dari sebelumnya. Tak lagi lembut, tak lagi menyejukan, tapi menyakitkan. Entah mengapa angin berubah.
Aku bingung.
Mataku terbuka, sebendung air mata jatuh di pipiku. Memohon angin itu untuk tenang. Tenang ... tenang ... hatiku tenang ... angin pun tenang ...
Aku masih ditemani matahari yang menerangi. Aku beranjak dari dudukku di bawah pohon. Aku merasakan sentuhan lembut dari rumput-rumput yang mengelilingi.
Aku teratawa.
Aku melihar sebuah bunga cantik yang menarikku untuk mendekat.
Aku tersenyum.
Aku tertawa.
Ketika bunga itu ada di tanganku, angin datang.
Sejuk ... tenang ... terasa sedikit kencang ... kencang ... semakin kencang ...
Angin membawa pergi bunga itu entah kemana.
Angin membawaku entah kemana.
Aku bingung.
Air mataku menetes untuk yang kesekian kali.
Angin tak berhenti.
Aku terjatuh karena angin. Belum bisa terbangun ... air mata belum berhenti ...
Belum bisa terbangun ...
Aku mencoba bertanya kepada langit ...
Apa yang salah terhadap angin?
Tetapi .......

Belum juga berbangun ...

_ 24909 _

Tidak ada komentar:

Posting Komentar