Rabu, 05 Oktober 2011

KEBUDAYAAN INDIS

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Asimilasi

  1. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.
  2. Bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru

Teori akulturasi

  1. bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsure kebudayaan aslinya.
PEMBAHASAN

Dalam buku ini menggunakan dua teori yakni teori asimilasi dan akulturasi
  1. Asimilasi
percampuran antara dua budaya yaitu budaya Belanda dan budaya Jawa telah menghasilkan beberapa kebudayaan baru yang akhirnya digunakan juga oleh para masyarakat pribumi, belanda dengan mudah dapat mempengaruhi ketujuh unsur budaya universal, salah satunya yaitu :

· Bahasa
Sejak akhir abad ke -18 sampai pada awal abad 20, bahasa melayu pasar berbaur dengan bahasa belanda menghasilkan bahasa pijin, yang kemudian bahkan berkembang di Batavia. Proses perpaduan bahasa belanda dengan jawa ini terjadi hanya pada sebagian masyarakat pendukung kebudayaan indis khususnya jawa tengah dan jawa timur.

· Rumah tinggal
Pada awal kedatangan Belanda di Jawa rumah tempat tinggal orang Eropa didalam kastil Batavia mempunyai susunan tersendiri yang secara umum mirip dengan yang terdapat di negeri asalnya. Sementaraitu landhuizen atau rumah tinggal diluar kastil dibangun dengan lingkungan alam timur, yaitu Pulau Jawa. Adapun hasilnya adalah suatu bentuk campuran, yaitu tipe rumah Belanda dengan rumah pribumi Jawa. Sebagai hasil akhir berdirilah rumah-rumah bangunan gaya indis dalam abad ke-18 sampai dengan runtuhnya pemerintahan colonial Belanda dibawah pemerintahan balatentara Jepang pada 1942. Bangunan landhuizen semula digunakan oleh orang-orang Belanda sebagai tempat tinggal diluar kota yang kemudian juga didirikan di wilayah baru di Batavia (nieuve buurten). Corak bangunan rumah tinggal yang demikian ini mirip dengan rumah para pedagang kaya di kota lama Baarn atau Hilversum, Belanda.

  1. Akulturasi
Percampuran antara dua budaya ini juga menghasilkan budaya baru namun tidak menghilangkan budaya aslinya. Seperti dalam buku ini :
· Dalam kesenian, bangsa belanda membicarakan hal tulisanuntuk musik dan pendidikan atau sekolah tari dan musik. Namun ternyata sekolah tari dan musik sudah ada sejak lama di nusantara. Kemudian kesenian ini dipentaskan dengan cerita Lutung Kasarung dan ini merupakan pertunjukan pertama dengan gaya eropa dan menggunakan skrip. Walaupun adanya campur tangan bangsa belanda namun, budaya Indonesia tidaklah hilang, terbukti dengan cerita yang dibawakan berasal dari tanah jawa (sunda)
· Pakaian
Karena pengaruh para pembantu rumah tangga dan para nyai, kaum perempuan indis mengenakan sarung dan kebaya.
Kain dan kebaya juga dikenakan untuk pakaian sehari-hari oleh para perempuan eropa, sedangkan yang pria mengenakan sarung dan baju takwo atau pakaian tidur (piyama) motif batik.

BAB I
AWAL KEHADIRAN ORANG BELANDA

Pada awal kehadirannya orang belanda mendirikan gudang-gudang (Pakhuizen)untuk meninbun barang dagangan yang berupa rempah-rempah. Gudang-gudang itu berlokasi di banten, jepara, dan jayakarta. Jan Pieterzoon coen, yang hadir di Batavia pada 1619, mendirikan kota batavia yang diawali dengan membangun gudang penyimpanan barang dagangannya (Pakhuis), yang kemudian diperkuat dengan perbentengan. Para pejabat tinggi VOC membangun rumah-rumah peristirahatan dan taman yang luas, yang lazim disebut landhuis. Bangunan ini dibuat dengan mengikuti model Belanda pada abad ke-18, dengan ciri-ciri yang sangat mirip dengan bangunan di Belanda. Kehadiran orang Belanda di Indonesia yang kemudian menjadi penguasa, mempengaruhi gaya hidup, bentuk bangunan rumah tradisional, serta fungsi ruangannya. Kebudayaan barat (Belanda) dalam hal gaya hidup berumah tangga sehari-hari, serta ketujuh unsur universal kebudayaan-bahasa, peralatan dan perlengakapan hidup manusia, matapencarian hidup dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi ikut terpengaruh pula. Tujuh unsur Universal budaya yang merupakan campuran unsur budaya Belanda dan budaya pribumi inilah yang disebut kebudayaan india. Tentang bangunan rumah tradisional Pramono Atmadi menyebutkan bahwa pengetian “ Arsitektur Tradisional “ tidak selalu sama. Ada yang cukup berdasarkan bentuk atap atau komponen yang bercorak arsitektur saja, ada pula yang harus mengikuti sejumlah kaidah yang melekat pada arsitektur tradisional yang sudah umum dikenal. Pada saat itulah berkembang pula percampuran gaya hidup Belanda dan Jawa yang disebut gaya hidup Indis.
Kata “ Indis “ dalam tulisan ini berasal dari bahasa belanda “ Nederlandsch indie“ atau Hindia Belanda yaitu nama daerah jajahan belanda di seberang lautan yang secara geografis meliputi jajahan dikepulauan yang di sebut nederlandsch oost indie. Kata “indis” bagi bangsa indonesia pada masa tertentu dirasakan sebagai kata hinaan biasa di gunakan untuk menyebut bangsa kelas rendah. Sebagai perbandingan dalam sejarah seni rupa barat, ada gaya yang di sebut seni gotik yang berlangsung antara 1150-1242 dengan gaya Barok yang berkembang tahun 1700-1800 kata “gotik” dan “barok” mempunyai arti yang juga berkonotasi kurang baik. Kata “gotik” dari kata “goth” dan “gothia” yaitu nama dari salah satu suku bangsa dieropa utara pengembara yang menyerang dan menduduki roma pada awal abad ke-1 dan di pandang sebagai bangsa yang bermartabat rendah. Pada zama Renaisans (abad ke-14 sampai abad ke-17) kata “gotik” kemudian digunakan untuk menanamkan suatu gaya seni yang sangat indah dan megah. Demikian pula dengan gaya seni Barok ( pada abad ke­-16 sampai abad ke-18) kata “barok” berasal dari bahasa portugal “barocco”, artinya bulat panjang, tak beraturan, berlebihan, banyak bertingkah (ugal-ugalan), dan tampak suka pamer. Pada zaman klasik istilah ini dinilai rendah jadi sebagai suatu istilah “ Barok “ tidak enak untuk didengar tetapi sebagai hasil karya seni, kata tersebut memiliki makna keindahan dan kemegahan tersendiri dihati pendukungnya, antara lain Rembrandt van rijn dan velasque, yang juga memiliki ciri khusus. Banyak tulisan atau karangan dari abad ke-18 dan abad ke-20 yang berupa monografi, kesusteraan, kisah perjalanan, lukisan, foto, sketsa, artefak, dan seni bangunan indis. Semua sumber tersebut bermanffat sebagai bukti munculnya kebudayaan dan peradaban indonesia dari suatu kurun waktu tertentu.
Data sejarah menunjukan adanya arus besar-arus besar (mainstream) yang menghubungkan pola hidup dan budaya masyarakat, serta status penghuninya dalam berbagai kegiatan. Beberapa arus besar yang mempunyai fungsi intergratif itu anatara lain : (a) ekonomi, (b) politik, (c) sosial, (d) kesenian/kebudayaan, dan (e) kepercayaan (religi). Semua fungsi intergratif tersebut sangat menentukan terciptanya pola gaya hidup dan budaya masyarakat di Hindia Belanda. Kebudayaan Indis adalah monumen estetis hasil budaya binaan (Cultural construct) dan imajinasi kolektif, serta ekspresi kreatif sekelompok masyarakat di Hindia Belanda yang menggunakan dasar budaya Belanda dan Indonesia.“ kebudayaan dan gaya hidup indis merupakan suatu fenomena historis, yaitu sebagai bukti kreativitas kelompok atau golongan masyarakat pada masa kekuasaan Hindia Belanda, baik dalam menghadapi tantangan hidup tradisional Jawa maupun gaya Belanda di negeri Belanda. Tepat kiranya pendapat Adolph S. Tomars dalam tulisannya yang berjudul Class Systems and the Arts yang menjelaskan bahwa hadirnya golongan masyarakat tertentu pasti akan melahirkan pula seni dan budaya tertentu. Dengan menerapkan konsep Tomars ini penulis memiliki landasan sosiologis yang kuat bahwa golongan masyarakat indis telah melahirkan pula kebudayaan indis.

BAB II
MASYARAKAT PENDUKUNG KEBUDAYAAN INDIS

A. Struktur masyarakat dan kehidupannya

Kedatangan para bangsa Belanda yang pada awalnya datang ke tanah jawa ini ingin berdagang, namun kemudian , demi mengamankan sektor ekonomi dan perdagangannya akhirnya mereka memilih untuk tinggal di jawa. Dengan kedatangan bangsa Belanda ke pulau jawa menyebabkan pertemuan dua kebudayaan yakni kebudayaan barat yaitu Belanda dan kebudayaan timur yakni Kebudayaan jawa, beserta kebudayaan yang terdapat di daerah masing-masing kemudian bercampur sehingga kebudayaan bangsa Eropa dapat mempengaruhi ketujuh unsure universal budaya utama yang dimiliki oleh bangsa jawa .
Banyak dari bangsa Belanda yang datang ke jawa menikahi orang pribumi dan memiliki keturunan-keturunan pribumi baru. Kedudukan seorang keturunan Eropa di Hindia Belanda dapat ditentukan berdasarkan tempat kelahiran ( di Negeri Belanda atau Hindia Belanda). Tempat kelahiran akan menentukan status dari sebutan masyarakat, apakah seorang tersebut murni keturunan Belanda atau tidak. Orang yang bukan merupakan murni keturunan Belanda maka disebut Mestizen, Creolen dan Liplappen. Adapula pengaruh Portugis yang tertinggal yakni:
Sebutan terhadap orang yang terhormat yakni Signores dan keturunannya disebut Sinyo Oleh masyarakat pribumi sebutan untuk keturunan pertama Belanda asli disebut grad satu atau liplap, sedangkan yang kedua disebut grobiak, dan yang ketiga disebut kasoedik. Golongan masyarakat yang dijabarkan diatas merupakan pendukung kuat dari kebudayaan Indis. Dalam pembangunan rumah bergaya Indis, golongan pengusaha dan pedaganglah yang berperan dalam perubahan budaya. Selain itu bangsa china dan arab juga terpengaruh untuk membangun rumah bergaya Indis tersebut.
Gaya indis merupakan suatu hasil perkembangan budaya campuran belanda dan pribumi jawa, yang menunjukan adanya proses historis. Konsep dari gaya hidup indis antara lain dapat dipahami melalui beberapa sudut pandang masyarakat yang mendukung gaya indis sebagai suatu factor yang bersifat sosio-psikologis. Oleh karena itu, kita harus mengamati beberapa aspek berikut ini :
1. Aspek Kognitif
Yakni berhubungan erat dengan tingkat perasaan, yang sangat sulit untuk digambarkan dan diamati. Hal ini berkaitan dengan berbagai aktivitas dan dengan meliputi berbagai objek. Hal ini lebih sulit diartikan karena gaya indis berpangkal pada dua akar kebudayaan yakni Belanda dan jawa yang memang sangat jauh berbeda.
2. Aspek Normatif. Aspek ini memiliki arti yang sama dengan aspek orientasi nilai, tujuan, normatif dan kepercayaan. Aspek normatif mmenunjukan suatu keadaan yang dianggap sebagai hal yang berharga, yang akan menjadi tuntutan dan tujuan untuk dapat memperoleh hidup yang lebih baik di bawah kekuasan pemerintah kolonial. Pada rumah tradisional jawa, berbagai macam ruangan dalam rumah tersebut tidak bercampur baur .
3. Aspek Afektif
Yakni tindakan dari suatu kelompok yang menunjukkan situasi. Aspek ketiga ini dapat dikaitkan dengan aspek kehidupan dalam berumah tangga, terutama komposisi keluarga yang tinggal di dalam sebuah rumah. Dalam keluarga di eropa atau belanda lazimnya hanya memiliki satu istri.
4. Komposisi Sosial
Kehidupan keluarga menunjukan susunan masyarakat jawa yang berbeda dengan masyarakat eropa. Gaya hidup priyayi baru yang berpendidikan ini mendekati gaya hidup eropa, misalnya dalam hal berpakaian dan makan.bkan para pendatang belanda
Gaya hidup dan bangunan rumah indis sangat khas dengan budaya belanda, hal ini disebabkan bangsa belanda membawa budaya murni dari negeri mereka.
B. Kebudayaan indis
Seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa awal kehadiran belanda ke tanah jawa menghasilkan kebudayaan campuran antara bangsa belanda dan bangsa jawa. Kemudian kebudayaan yang didukung oleh segolongan masyarakat hindia belanda disebut kebudayaan indis. Dengan terjadinya percampuran budaya tersebut bukan berarti budaya jawa lenyap begitu saja, namun dengan peran kepribadian bangsa jawa dapat pula memberi warna dalam kebudayaan indis.
Menurut para antropolog, ada tujuh unsure kebudayaan yang bersifat universal,. Isi dari kebudayaan belanda yang datang memperkaya kebudayaan Indonesia dalam konteks tujuh unsur budaya universal itu adalah :
1. Bahasa (lisan maupun tertulis)
Pembauran antara bangsa belanda dengan bangsa jawa mempengaruhi pula dalam hal komunikasi . percampuran bahasa indo belanda telah berkembang sampai Batavia. Di jawa tengah dan jawa timur , proses perpaduan antara bahasa belanda dengan bahasa jawa terjadi hanya pada sebagian masyarakat pendukung kebudayaan indis. Proses ini menimbulkan bahasa pijin atau bahasa campuran, yang pada umumnya digunakan oleh orang-orang keturuna belanda dengan ibu jawa, oleh china keturunan dan timur asing.

2. Kelengkapan hidup
Kelengkapan hidup disini dapat diartikan semua hasil cipta yang digunakan untuk melindungi dan juga melengkapi sarana hidup sehingga dapat memudahkan hidup manusia.

Karya tersebut berupa :
a. Rumah tempat tinggal
Bentuk bangunan tempat tinggal dengan ukuran yang besar dan luas, memiliki hiasan yang mewah , penataan yang rapid an perabotan yang lengkap merupakan gambaran kekayaan pemiliknya dan status social dalam masyarakat, memiliki prestise jabatan, penghasilan yang tinggi dan pendidikan.
b. Kelengkapan rumah tangga, missal : meja dan kursi
Kelengkapan rumah tangga seperti meja, kursi dan almari merupakan hal yang baru bagi masyarakat suku jawa setelah orang eropa datang ke nusantara. Kemudian disusul oleh para golongan bangsawan dan priyayi yang mulai menggunakan peralatan tersebut.
Sementara itu, rakyat tetap menggunakan peralatan rumah tangga yang sederhana, seperti tikar sebagai alat untuk duduk.
c. Pakaian dan kelengkapannya
Ciri lain dalam gaya hidup pada zaman itu yang banyak dipengaruhi oleh gaya eropa yaitu tata busana. Karena pengaruh para pembantu rumah tangga dan para nyai, kaum perempuan indis mengenakan sarung dan kebaya. Kain dan kebaya juga merupakan pakaian sehari-hari dirumah oleh para perempuan eropa, kemudia para indis pria menggunakan sarung dan baju takwo atau pakaian tidur bermotif batik.
d. Senjata
e. Alat berkarya dan berproduksi
Bangsa belanda memperkenalkan alat untuk berkarya atau alat-alat yang dapat digunakan untuk memudahkan kehidupan kepada penduduk pribumi, misalnya mesin jahit, lampu gantung, lampu gas dan kereta tunggang.
f. Kelengkapan alat dapur dan jenis makanan
Hidangan yang berasal dari jawa seperti soto, nasi goring, gado-gado, nasi rames, lumpia dan sebagainya. Begitu pula dengan bangsa belanda yang juga turut memperkenalkan makanan-makanan dari asalnya seperti beafstuk, resoulles,soep dan lain sebagainya.

3. Mata pencarian hidup
Pada pertengahan abad 19, belanda lebih mengutamakan untuk melakukan penaklukan wilayah dari tangan bangsa pribumi serta merebut perdagangan remppah-rempahdari saingannya, portugis dan inggris. Selain itu belanda juga bertujuan untuk memperluas wilayah kekuasaan. Berbagai usaha yang dilakukan oleh belanda dalam memperluas wilayah kekuasaannya dengan membentuk lapangan pekerjaan untuk para masyarakat pribumi yaitu berupa pekerjaan administrasi serta militer dan swasta. Semua kemampuan dibutuhkan baik berupa kepandaian dan keterampilan maupun tenaga kasar. Prioritas utama yakni pekerjaan diperuntukan kepada bangsa eropa atau belanda, apabila tidak memenuhi syarat barulah diambil tenaga golongan indo atau pribumi terpelajaruntuk lapangan kerja di pos-pos bawahan.
Pekerjaan yang menggunakan tenaga indo eropa atau pribumi adalah sebagai berikut :
a. Prajurit sewaan
Prajurit sewaan ini tidak hanya diterapkan sebagai alat untuk membela diri dari serangan lawan, tetapi juga sebagai modal untuk mencari keuntungan. Tentara sewaan digunakan atau dijual apabila terjadi persengketaan di antara penguasa pribumi sendiri.
b. Pejabat administrasi pemerintahan
Mereka bekerja untuk dinas sipil, mereka juga yang menjadi pendukung utama budaya indis
c. Tenaga kasar
Tenaga kasar ini tidak banyak berperan dalam perkembangan kebudayaan indis karena mereka hanyalah buruh kasar, namun ada segolongan pekerja kasar yang berperan cukup penting, yaitu pembantu rumah tangga. Golongan ini lazim disebut babu untuk perempuan dan jongos untuk pria. Pembantu rumah tangga umumnya hubungan yang dijalinnya akan sangat erat dan akrab dengan majikannya.
4. Pendidikan dan pengajaran
Pada kelompok masyarakat disini, orang muda di jawa harus mengikuti adat istiadat dan kebiasaan orang tua-orang tua mereka. Dengan demikian, proses belajar dan penyampaian pengetahuan serta nilai-nilai secara turun –temurun , dari mulut ke mulut dan berperan sangat penting

5. Kesenian
Kesenian mengupas dan meneliti sesuatu hasil karta seni dari zaman ke zaman, dari berbagai suku bangsa dan tempat. Untuk menilai tinggi rendahnya hasil karya seni dengan pasti atau mutlak, memang bukan perkara yang mudah, bahkan dapat juga dikatakan tidak mungkin. Gaya adalah bentuk yang tetap atau konstan yang dimiliki oleh seseorang atau pun kelompok, baik dalam unsure, kualitas maupun ekspresinya.
Selanjutnya menurut Henk Baren stijl mempunyai 4 macam pengertian, yakni :
a. Objektieve stijl
Yakni gaya dari benda atau barang itu sendiri
b. Subjektieve stijl atau persononlijke stijl
Yakni gaya yang dimiliki oleh seniman, penulis, pemahat dan lainnya yang merupakan cirri hasil kerjanya
c. Stijl massa atau nationale stijl
Yakni gaya yang merupakan ciri atau watak suatu bangsa

d. Technische stijl
e. Yakni gaya khusus yang berhubungan langsung dengan bahan atau materialnya, serta tehnik yang digunakan.
Dengan memahami macam-macam stijl tersebut, maka kita dapat dengan mudah memahami penelitian hasil karya seni bangunan atau berbagai cabang seni yang lainnya.
Kemahiran masyarakat jawa sudah memiliki kemampuan dan kemahiran dalam kesenian jauh sebelum belanda datang ke nusantara. Namun sangat disayangkan karya-karya tulis yang berkaitan dengan karya seni suku jawa jumlahnya dirasa sngat kurang. Dikarenakan tidak disertai keterangan tertulis ada kesulitan pada waktu orang-orang eropa ingin meneliti .
Pada tahun 1921 java institute, dalam kongresnya di bandung membicarakan hal tulisan untuk music dan pendidikan atau sekolah tari dan musik. Pada tahun 1916 pangeran suryadiningrat dan pangeran tejo sudah lebih dulu membuka sekolah tari dan musik gamelan. Kemudian pada 18 juni 1921 dalam kongres institute java mengadakan pentas seni cerita jawa (sunda) lutung kasarung dan pentas ini yang pertama kali ditampilkan di panggung proscenium dengan gaya eropa dan menggunakan skrip.

6. Ilmu pengetahuan dan kemewahan gaya hidup
a. Peran penghuni dan pemilik pesanggrahan
menentukan perkembangan ilmu dan gaya hidup dapat kita lihat dari lima hal berikut :
- Tentang pembudidayaan alam
- Tempat pembudidayaan ulat sutra, Inilah pertama kali tercipta kain sutra di hindia belanda, yang kemudian terkenal di Eropa. Hal yang pada awalnya belum pernah terjadi.
- Di pesanggrahan Molenvliet, Membangun sebuah menara untuk meletakkan teropong , yang didirikan oleh Dr. Johan Maurits Moor.
- Pesanggrahan tanjung barat, Yaitu yaitu sebuah pesanggrahan kuno memiliki sebuah bangunan gardu pemandangan dengan kubah yang dipergunakan untuk melihat pemandangan keindahan alam sekeliling. Namun sayangnya bangunan tersebut telah runtuh akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab.
- Jan Andries Duurkoop mendirikan tempat penagkaran dan pembibitan pohon jati, kemudian pohon jati tersebut ditanam di berbagai wilayah yang keadaan jenis tanahnya berbeda-beda. Andries Duurkoop adalah orang yang patut mendapat pujian. Bataviasche Genootschap pun mencatatnya sebagai pelopor.
Inilah contoh yang dapat dijadikan petunjuk, bagaimana orang belanda menjadi pionir dalam mengusahakan tanah perkebunannya. Hal ini menunjukkan bukti bahwa dulu orang-orang asing mengusahakan perkebunan dan itu berhasil.
b. Pembangunan rumah mewah dan kemewahan gaya hidup indis
kekaguman terhadap kebudayaan indis dirumah pesanggrahan Vander Parra yang megah itu. Mereka mencatatnya dalam catatan perjalanan. Mereka juga sangat kagum dengan kesuburan tanah perkebunan dan daerah sekelilingnya. Seorang pelancong dari Inggris Charles Frederick Noble, menulis :

Tanah sekitar 10-12 mil disekeliling batavia dengan bagus telah dibudidayakan oleh para tuan-tuan yang mempunyai rumah pesanggrahan di luar kota. Disini kebun-kebun dan tebat-tebat diatur dan disusun dengan gaya belanda, yang selalu dipelihara dengan bagus secara rutin oleh beberapa budak yang terlatih dengan baik. Pemilik-pemilik tanah tersebut juga ada yang memiliki rumah-rumah yang bagus dan menyenangkan beserta kebun-kebunnya di pulau kecil di tepi-tepi pantai batavia. Mereka bersama-sama datang dan pergi ke pulau-pulau itu dengan mempergunakan perahu-perahu yang mungil sewaktu-waktu.

c. Pembangunan rumah pesanggrahan
pembangunan rumah pesanggrahan oleh para pembesar kompeni diawali dengan mendapatkan sebidang tanah berupa hutan. Para tuan tanah ini sering kali melaksanakan sendiri perencanaannya dan diselesaikan oleh ahli bangunan pribadinya.

7. Religi
Enkulturasi adalah suatu proses pembentukan budaya dari dua bentuk kelompok budaya yang berbeda sampai munculnya pranata yang mantap. Dalam pembahasan kajian teologi, enkulturasi diartika sebagai rancang bangun teologi lokal. Proses enkulturasi tidak hanya didukung oleh keseluruhan penyesuaian diri dalam kehidupan sosial, tetapi juga didukung oleh pengalaman-pengalaman sosial seperti bentuk ucapan atau bahasa, tingkah laku, lambang dan simbol-simbol serta sistem kepercayaan.
Enkulturasi sebagai suatu proses dalam perkembangannya berjalan melalui tiga tahapan gerakan proses :
1. Proses enkulturasi ditandai oleh adanya pengenalan lingkungan sosial, penyesuaian adat, serta terjalinnya relasi atau hubungan dalam interaksi sosial budaya.
2. Proses enkulturasi ditandai dengan adanya koeksistensi dan proses menjadi plural yang terjadi dilingkungan sekitarnya.
3. Sebagai tahap akhir, proses enkulturasi diformulasikan dalam bentuk munculnya sinkretisme kebudayaan, kesenian dan agama.
Kegagalan dalam enkulturasi terjadi bila dalam prosesnya berkembang dengan sistem pemaksaan, tidak luwes dan tidak bebas ataupun tidak lancar. Enkulturasi religi diartikan sebagai rancang- bangun teologi lokal. Enkulturasi religi sebagai rancang bangun lokal disebut inkulturasi. Sinkretisme kebudayaan dan agama ini kemudian diimplementasikan dengan istilah lokalisasi, pribumian teologi, konteksstualisasi dan inkulturasi.
Sinkretisme, sebagai bentuk panduan dua unsur budaya dan agama, memiliki berbagai jenis bentuk. Robert J. Schreiter C.P.PS membedakan jenis Sinkretisme itu dalam tiga kelompok:
1. Sinkretisme agama kristen dengan agama (kepercayaan) lokal
2. Sinkretisme percampuran unsur-unsur bukan kristen
3. Sistem keagamaan yang bersifat selektif dalam memasukan unsur-unsur kristen.

BAB III
GAYA HIDUP MASYARAKAT INDIS

Pembangunan rumah tinggal di luar benteng Batavia makin banyak karena keamanan di luar tembok benteng semakin aman dari amuk dan serangan para penguasa pribumi. Rumah-rumah mewah (landhuizen) milik para pejabat tinggi VOC adalah tempat awal berkembangnya kebudayaan indis. Dari Batavia, kebudayaan indis tersebar luas dan berkembang diseluruh wilayah jajaran Hindia Belanda.
Kehidupan mewah dan boros akibat keberhasilan dibidang ekonomi disebabkan oleh adanya segolongan masyarakat indis di Batavia, khususnya mengacu pada kehidupan para petinggi di weltevreden. Sementara itu, para pejabat bewahan di kota-kota besar Jawa hidup mewah jika dibandingkan dengan kehidupan para raja dan bangsawan Jawa. Tanda-tanda kebesaran sebagai lambang status seperti paying, sejumlah pengiring, rumah besar, dan kepemilikan budak, ditiru dari kehidupan dan gaya hidup keratin para raja dan bangsawan raja.
Salah satu faktor yang menjadi petunjuk utama status seseorang ialah gaya hidupnya, yaitu berupa berbagai tata cara, adaptasi istiadat serta kebiasaan berperilaku, dan mental sebagai ciri golongan sosial indis.
Kedudukan sebagai kelompok penguasa membuat masyarakat indis berupaya menjaga prestise dan kedudukannya melalui berbagai cara agar dapat dibedakan dengan kelompok lainnya. Kewibawaan, kekayaan dan dan kebesarannya ditampilkan agar tampak lebih mewah dan agung dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat lain. Hal demikian dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan kekuasaan mereka di nusantara.
Berikut ini dibahas gaya hidup kelompok masyarakat pendukung kebudayaan indis yang terdiri atas pejabat VOC dan pejabat pemerintahan Hindia Belanda, serta kalangan pegawai swasta beserta anak keturunannya. Jumlah pejabat dan abdi VOC diseluruh wilayah kekuasaannya, pada 22 Oktober 1664, tercatat tidak kurang dari 25.000 orang sesuai dengan jumlah pegawai pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa setelah VOC runtuh pada 1779.
Gambaran gaya hidup masyarakat indis dapat diikuti dan lebih mudah dipahami lewat berbagai berita tertulis berupa buah karya para musafir, rohaniawan, peneliti alam, pejabat pemerintahan jajahan, termasuk berbagai buah karya sastra indis (Indische belletries). Selain karya tulis, terdapat karya seniman berupa sketsa dan seni lukis yang memperkaya dan mengisi celah-celah kekurangan berita tertulis. Rekaman berita tentang gaya hidup masyarakat indis dari lapisan kalangan atas banyak didapatkan dari berita-berita tersebut, sebaliknya, berita tentang gaya hidup masyarakat indis dari kalangan bawah atau abdi VOC dan Pemerintahan Hindia Belanda sangat sedikit. Demikian halnya dengan berita tentang peranan perempuan indis dari berbagai lapisan sangat sulit didapatkan. Leonard Blusse menyebutkan tentang kehidupan para perempuan indis semasa kekuasaan VOC, seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami. Langkanya data informasi tentang hal ini membuatnya merasa mustahil mendapatkan data yang substansial tentang perempuan-perempuan Batavia. Data arsip dari gereja sedikit membantu, tetapi akta-akta gereja yang menyebutkan tentang perempuan juga tidak memuaskan atau tidak banyak memberi kontribusi.
Untuk mengungkapkan lebih luas tentang gaya hidup indis, berita karya tulis buah tangan orang-orang Belanda yang datang di Nusantara sampai dengan runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda sangatlah berharga. Buku harian pelaut, surat dan catatan perjalanan para musafir, laporan kompeni, banyak yang tersimpan digedung arsip, baik di negeri Belanda maupun Arsip Nasional, Jakarta. Selain itu, hasil karya sastra berbentuk roman, cerita pendek, sajak, sketsa, dan tulisan untuk pementasan sandiwara semasa kekuasaan colonial di Hindia Belanda tidak luput dari perhatian penelitian sejarah. Hasil karya para sastrawan tersebut dalam bahasa Belanda disebut Indische belletries (sastera indis).
A. Rumah Tangga dan Rumah Tinggal Indis
Pada awal kedatangan Belanda di Jawa rumah tempat tinggal orang Eropa didalam kastil Batavia mempunyai susunan tersendiri yang secara umum mirip dengan yang terdapat di negeri asalnya. Sementara itu Landhuizen atau rumah tinggal diluar kastil dibangun dengan lingkungan alam timur, yaitu Pulau Jawa. Adapun hasilnya adalah suatu bentuk campuran, yaitu tipe rumah Belanda dengan rumah Pribumi Jawa. Sebagai hasil akhir berdirilah rumah-rumah bangunan gaya indis dalam abad ke-18 sampai dengan runtuhnya pemerintahan colonial Belanda dibawah pemerintahan balatentara Jepang pada 1942. Bangunan Landhuizen semula digunakan oleh orang-orang Belanda sebagai tempat tinggal diluar kota yang kemudian juga didirikan di wilayah baru Batavia (nieuve buurten). Corak bangunan rumah tinggal yang demikian ini mirip dengan rumah para pedagang kaya di kota lama Baarn atau Hilversum, Belanda.
B. Kelengkapan Rumah Tinggal
Didalam Zaal (ruang) diletakkan perlengkapan rumah, misalnya meja makan dan kelengkapannya serta almari tempat rempah-rempah (de spijkast) dan meja teh (theetafel). Almari hias yang penuh berisi piring cangkir porselen juga ada yang diletakkan didalam atau diatas almari. Bahkan porselen-porselen itu ada yang diletakkan di rak-rak papan, pada consol-consol atau deurpilaster. Hiasan utama pada zaal ini adalah tangga (trap) yang di negeri Belanda lazim diletakkan di voorhuis sedangkan di Batavia umumnya diletakkan disudut belakang zaal. Tangga ini bukan wentelwltrap(tangga naik melingkar) tetapi bordestrap (tangga lurus langsung keatas) denganbaluster. Semua baluster utama berada pada awal dan akhir, masing-masing pegangan tangan pada tangga (trapbroom) dipelihara dan mendapat perhatian khusus dibandingkan bagian-bagian rumah lainnya. Baluster diukir halus dan mewah, serta dicat dengan cat mahal. Kadang-kadang terdapat hiasan balusterkop sebagai stalactite diatas tangga dalam zaal ini. Tangga ini diperindah lagi dengan cat warna keemasan. Hiasan karya ukir yang demikian kaya dan mewah ini diduga tidak mungkin dikerjakan oleh para ahli bangunan modern masa kini.
C. Kehidupan Keluarga Sehari-hari didalam Rumah
Satu kebiasaan yang umum dilakukan bangsa pribumi Jawa pada pagi hari adalah pergi ke kali. Hal demikian sangat biasa termasuk untuk para perempuannya. Kebiasaan seperti ini yang membuat jamban terletak diluar rumah.
D. Gaya Hidup Mewah Indis
Daur hidup atau life cycle adalah suatu rangkaian dalam perkembangan kehidupan seseorang untuk kembali ke status aslinya dari satu tingkat ke tingkat berikutnya. Ada tiga peristiwa penting dalam daur kehidupan manusia, yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian. Daur hidup lazim dirayakan dengan berbagai upacara.
Ada tiga upacara daur kehidupan yang akan dibahas disini, yaitu kelahiran, pernikahan, dan kematian. Ketiga upacara itu memiliki tujuan masing-masing. Upacara kelahiran dilangsungkan untuk menyambut kehadiran anggota baru dalam suatu keluarga. Seluruh anggota keluarga berharap si upik selalu dalam keadaan sehat dan selamat. Upacara perkawinan diselenggarakan dengan mewah dengan harapan perkawinan yang baru dijalani kedua mempelai berlangsung penuh leselamatan. Upacara perkawinan lazimnya memerlukan biaya yang sangat besar bagi terselenggarakannya perhelatan. Pada masa kejayaan VOC dan Hindia Belanda justru peristiwa kematian yang yang mendapatkan perhatia istimewa. Kematian biasanya diiringi berbagai upacara mewah dan memerlukan biaya yang sangat besar.

BAB IV
LINGKUNGAN PERMUKIMAN MASYARAKAT
EROPA, INDIS, DAN PRIBUMI

A. Sumber sumber tentang Pola Lingkungan Permukiman
Pola permukiman, bentuk rumah tinggal tradisional dan bangunan rumah tinggal gaya indis tercatat dalam berbagai sumber, sumber yang paling banyak adalah berita tertulis buah karya orang Jawa, Belanda, serta orang asing lainnya.
1. Berita dari Karya Tulis
Dalam disertasi F.A Soetjipto tentang kota-kota pantai di sekitar selat madura terdapat informasi tentang sumber sumber berita tertulis Pribumi, antara lain berupa babd, kidung maupun serat, baik yang masih berupa manuskrip maupun yang sudah dicetak dengan jumlah cukup banyak.
Manuskrip tersebut antara lain Babad Negeri Semarang, Babad Tuban, BabadGresik, Babad Blambangan, Babad Kitho Pasoeroean, Babad Lumajang, danBabad Banten.
Menggunakan sumber-sumber berupa babad, serat atau cerita perjalanan seperti tersebut diatas memerlukan ketelitian dan sikap kritis dalam memahaminya karena kitab kitab tersebut memang dimaksudkan sebagai karya sejarah, tetapi lebih bersifat karya sastra.

2. Sumber Tertulis dari Bangsa Eropa
Sumber tertulis tentang pulau jawa yang berupa cerita atau laporan perjalanan sudah ditulis orang eropa sebelum abad ke-17. Adapun yang khusus ditulis pada abad ke-18 dan aband ke-19 cukup banyak, antara lain berupa Rapporten, Missiven, Memories van Overgave, Reis beschrijivingen , Daaghregisters, dan Contracten.
Manuskrip yang berupa berita tentang kota dan kehidupan masyarakatnya pada abad ke-18 dan abad ke-19 banyak ditulis dalam kisah perjalanan di Hindia Belanda, hkususnya Jawa.
Van Ritter pada 1851 menulis buku tentang perbudakan yang kemudian dihapus beberapa tahun kemudian. Juga ditulisnya tentang pakaian para tokoh penting Eropa, jenis makanan, pakaian penduduk pribumi, serta tentang didirikannya rumah rumah landhuizen dengan perabotan dan gaya hidupnya. Mereka menulis tentang kehidupan dan kegiatan yang dilihatnya sepanjang jalan Batavia.

3. Berita Visual
Berita visual berasal dari karya lukisan, sketsa, grafis, dan potret. Selain berita dari karya karya tulis yang sudah disebutkan pada sub-bab sebelumnya, penggambaran kota, pemukiman, dan perumahan juga dapat diikuti secara visual lewat lukisan para pelukis eropa yang datang ke indonesia. Likisan grafis yaitu suatu lukisan dengan teknikencreux relief yang dipahatkan pada lempengan tembaga atau perunggu sangat populer.

4. Karya Berupa Fotografi
Karya berupa fotografi sangat banyak tersimpan di Gedung KITLY Leiden dan berbagai museum di Belanda. Menurut Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia di Pejaten (jakarta) disebut oleh direkturnya , tersimpan tidak kurang dari 1.000.600 buah foto dari masa sebelum perang dunia II.
Sejak kehadiran apal kapal dagang Belanda pertama ke dunia timur mereka sudah membawa serta para pelukis. Hasil tulisan mereka terutaman digunakan untuk kelengkapan laporan kepada Heeren Zeventien di Belanda.
Kegiatan melukis ini juga dilakukan atas dorongan Heeren Zeventien yang menugaskan para pejabat untuk memperdalam ilu pengetahuan, sperti ilmu bangunan dan ilmu tentang batu batu mulia.

B. Mengamati Seni Bangunan Rumah dari Hasil Karya Seni Lukis, Pahat, Foto, dan karya Sastra.

Mengenal kembali suatu hasil seni bangunan rumah dari masa silam yang umumnya sudah rusak merupaka hal yang menarik. Menarik karna materialnya yang lapuk dimakan zaman, diubah bentuknya atau dirombak karna tidak sesuai lagi dengan selera zaman. Adapun benda benda lain berupa karya lukis, karya sastra, foto gravir, sketsa, relief, atau benda lain seperti maket yang dibuat oleh museum atau lembaga lembaga penelitian.
Melalui karya seni lukis, foto gravir, relief dan karya sastra kini orang dapat mengetahui hasil seni bangunan rumah dan perabotan milik bangsa belanda dan anak keturunannya di indonesia.
Dalam seni lukis abad ke-17 sampai abad ke-19 sedikit sekali kemungkinan para pelukis memalsukan objek yang dilukis. pendapat ini didasarkan atas beberapa alasan. Pertama, para pelukis naturalis yang hidup pada abad ke-17 sampai abad ke-19 adalah pengikut yang terpengaruh oleh gaya periode Renaisans dan Barok. Pada masa itu “naturalisme” dan “akademisme” hidup dengan subur dikalangan seniman lukis eropa.
Kedua, beberapa penulis dan pelukis lazim menggambar bangunan rumah serta pemandangan alam sekitarnya.
Ketiga, terdapat adanya suatu kebiasaan para pembesar zaman VOC dan Hindia Belanda, terutama pada gubernur jendral di Batavia dan para bangsawan kaya, meminta seniman untuk melukis rumah tempat tinggi dan keluarga mereka sebagai kebangsaan atau kenang kenangan keluarga.