Minggu, 22 April 2012

Black Swan


Black Swan menceritakan tentang Nina (Natalie Portman) seorang Balerina hebat dan sangat ambisius di New York City Ballet, yang mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk menari. Di saat teman-temannya mulai menunjukan kualitas yang melebihi standar, membuat dirinya semakin bekerja keras untuk tampil lebih baik.

Saat Direktur Artistik, Leroy (Cassel) mengumumkan bahwa dia akan mengadakan sebuah pertunjukan Ballet yang berjudul Swan Lake, tetapi ballerina ballerina utama, Beth Macintye (ryder)  akan pensiun, karenanya Leroy mencari kandidat baru untuk menjadi pemeran utama dalam produksi Swan Lakenya. Akan tetapi dalam Swan Lake sang ballerina harus bisa memainkan kedua peran sebagai The White Swan (karakteristik yang polos) dan The Black Swan (karakteristik yang licik). Dalam Produksi Swan Lake, Nina merupakan kandidat utamanya. Nina sangat sempurna saat memainkan peran The White Swan, namun tidak untuk The Black Swan. Peran ini lebih natural saat dimainkan oleh seorang penari pendatang baru, Lily (Kunis). Akibat adanya persaingan ini Nina berusaha untuk mempertahankan karakteristik The White Swan sambil mencoba menemukan sisi gelap dalam dirinya untuk berperan menjadi The Black Swan. Tekanan-tekanan inilah yang mulai mempengaruhi mental Nina, dia mendadak menjadi paranoid, mengalami halusinasi dan menjadi gelisah dan bingung akan kehidupannya.
Diamping itu ibunda Nina yang juga mantan sorang penari Ballet professional menginginkan Nina masuk dan berhasil di dunia Ballet, namun ketika di mengetahui bahwa peran The Black Swan sangat mempengaruhi diri Nina sendiri, ibunda Nina meminta Nina agar tidak mengambil peran tersebut, tetapi Nina menolak dan terus berusaha untuk mendapatkan peran itu walaupun harus melukai ibundanya sendiri.
Ulasan film Black Swan dalam majalah Cinemags ini Natalie Portman yang sebenarnya adalah lulusan psikologi di universitas terkemuka di New York dan berperan sebagai Nina dalam film ini mengatakan bahwa karakter Nina ini sebenarnya mengalami gangguan psikologis Obsesive Compulsive dimana Nina sangat ambisius untuk berperan menjadi The Black Swan dan The White Swan sehingga ia sering mengalami kecemasan dan halusinasi akan kehidupannya di dunia Ballet. Ke-perfeksionis-an Nina ini membuat sang ibu sangat khawatir akan tingkah laku anaknya yang semakin menggila setiap harinya.
Pada akhirnya Nina berhasil memerankan The White Swan dan The Black Swan pada pertunjukan Swan Lakenya yang memukau walaupun dia harus mati akibat halusinasi yang dia rasakan.

Kamis, 05 April 2012

Teknik Terapi Menurut Aliran Psikoanalisa dan Humanistik

A. Teknik Terapi Psikoanalisa
Dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik yang tidak disadari itu memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stress dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Menurut Freud, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, catharsis, asosiasi bebas, dan analisis mimpi. Teknik terapi Psikoanalisis Freud pada perkembangan selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi psikodinamik. Tujuan dari teknik terapi psikoanalisa ini adalah untuk membongkar dan memecahkan konflik-konflik ketidaksadaran.
1. Metode Terapi Psikoanalisa
a. Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapai psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikiranya adari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadaranya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.
b. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
c. Analisis Mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan.
d. Analisis dan interpretasi resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.
e. Analisis dan interpretasi transferensi
   Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.

B. Teknik Terapi Humanistik

Yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal. Gangguan psikologis yang diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau oleh orang lain. Carl Rogers, yang mengembangkan psikoterapi yang berpusat pada klien(client-centered-therapy), percaya bahwa karakteristik ahli terapi yang penting untuk kemajuan dan eksplorasi-diri klien adalah empati, kehangatan, dan ketulusan.

Teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000). Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi. Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya tidak mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif sehingga dianggap bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.
Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien. Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik.